Benarkah demikian? Ternyata memang benar adanya. Kebiasaan membiarkan
perilaku istri dan anak yang kurang baik cenderung membuat mereka akan semakin
malas dan jorok. Bahkan tak ada bedanya dengan perilaku binatang yang selalu
membiarkan sampah atau membiarkan tempat makanannya berserakan setelah mereka
makan atau minum. Hal ini wajar jika binatang yang melakukannya karena binatang
jauh dari sifat kesempurnaan akal dibandingkan manusia yang dibekali dengan
akal yang luar biasa.
Mereka cenderung enggan disebut atau disamakan dengan seekor binatang
tetapi perilaku dan sifat yang mereka tunjukan tidak lepas dari sifat
kebinatangan. Suami seharusnya menjadi suri tauladan bagi anak dan istrinya
membimbing bahkan menasihati bukan malah sebaliknya yakni dikendalikan oleh
istri karena kebodohannya dalam agama.
Ada sebuah kasus di dalam sebuah rumah tangga yang mencerminkan kemalasan
seorang istri dan anaknya. Bahkan berusaha menjauhi orang tua karena hasutan
sang istri. Hal ini berawal ketika sang ibu sakit dan dirawat dirumah sakit
pasangan suami istri ini justru seolah tak menghiraukan bahkan berpura-pura
tidak tahu. Sampai suatu hari, salah satu saudaranya yang paling tua menemuinya
karena beberapa kali dihubungi lewat telephon tak kunjung ada jawaban. Sang kakak
menasihati agar dia mau menemani sang ibu bergantian dengan saudaranya yang
lain.
Setelah pertemuannya itu, ia menengok sang ibu namun hanya beberapa menit
setelah itu ia pergi meninggalkan sang ibu dengan alasan kerjaan dan permintaan
istrinya yang sedang hamil. Sang ibu terdiam dan merasa sedih, ternyata dimata
anaknya ia tidak begitu berharga dibandingkan sebuah pekerjaan.
Air mata kesedihan mengalir menghiasi pipi pucat sang ibu dan rasa kecewa
terlihat jelas begitu tampak diraut muka sang ibu. Sang ibu mulai sadar dan
berusaha tegar menghadapi sikap anaknya. Hampir satu bulan dirawat ia hanya dua
kali menengok itupun karena permintaan sang kakak yang pertama atau yang paling
tua selaku pengganti ayah yang sudah lama meninggal.
Tiga hari setelah kepulangan sang ibu dari rumah sakit, kejadian tabrak
beruntun pun menghampirinya ketika perjalanan pulang dari tempat kerjanya. Terpelanting
dan mengalami patah tulang tepat dibagian kaki sebelah kiri karena terhantam
dan tertindih besi dari mobil pengangkut baja ringan. Apakah ini karma atau
adzab karena berusaha menjauhi ibu cuma karena kerjaan dan permintaan istri
yang sedang hamil? Wallahu’alam
Dan kini ia tinggal di rumah orang tua bersama anak dan istrinya, namun
sikapnya seolah tidak membutuhkan bantuan dan
perhatian orang tuanya. Tugas seorang istri adalah berusaha memenuhi
kebutuhan suami apalagi ketika sang suami sedang sakit dan tidak berdaya. Tetapi
sang istri justru lebih mementingkan kepentingannya. Sang ibu yang pada saat
itu baru sembuh dari sakitnya tetap berusaha memenuhi kebutuhan anaknya, masak,
menyediakan makanan dan lain sebaginya namun sikap sang anak seolah acuh, marah
bahkan sampai air mata sang ibu menetes mengalir, membasahi pipinya yang baru
beberapa hari ini terlihat segar dan sehat.. Astagfirullah
Didalam sebuah kitab, rosululloh sempat menjelaskan bahwa syurga berada ditelapak
kaki ibu bukan istri bahkan ketikan salah seorang sahabat bertanya lebih
memilih siapa antara ISTRI dan IBU, rosululloh menjawab IBU. Rosululloh menjelaskan
bahwa ANAK, ISTRI itu milik SUAMI tetapi SUAMI itu milik ORANG TUANYA, jadi terlihat
jelas SIAPA yanng harus TAAT dan PATUH kepada SIAPA. Rosullulloh pun
menambahkan bahwa TAAT dan PATUH kepada orang tua itu KEWAJIBAN yang bersifat
MUTLAK...
Wallahu’alam Bisshowab
0 komentar:
Posting Komentar